Kamis, 27 September 2012

Mengenal Burung Cucak Rowo dan Penyebarannya



Cucak Rawa dikenal umum sebagai cucakrawa, cangkurawah (Sunda), dan barau-barau (Melayu). Dalam bahasa Inggris disebut Straw-headed Bulbul, mengacu pada warna kepalanya yang kuning-jerami pucat. Nama ilmiahnya adalah Pycnonotus zeylanicus (Gmelin, 1789). Cucak Rawa tergolong sebagai burung yang berukuran sedang, panjang tubuh totalnya (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 28 cm.

Jantan dan betina berwarna serupa, bulu mahkota (sisi atas kepala) dan penutup telinga berwarna jingga atau kuning jerami pucat, bulu strip malar di sisi dagu dan garis kekang yang melintasi mata berwarna hitam. Bulupunggung berwarna coklat zaitun bercoret-coret putih, sayap dan ekor kehijauan atau hijau coklat zaitun. Bulu dagu dan tenggorokan berwarna putih atau semu putih, bulu leher dan dada berwarna abu-abu bercoret putih. Bulu perut berwarna abu-abu, dan bulu pantat berwarna kuning. Iris mata berwarna kemerahan, paruh berwarna hitam, dan warna kaki coklat gelap. Disetiap asal usulnya ada perbedaan warna mulai dari sumatra badan besar, warna kepala kuning kecoklatan. Sebaliknya yang berasal dari kalimatan hanya berwarna kuning saja. Burung Cucak Rawa kerap kali bermisai halus, beberapa pula dengan warna hitam di kepala, jambul yang dapat digerak-gerakkan, atau janggut putih.

Burung Cucak Rawa atau Cucak Rowo merupakan salah satu anggota suku merbah. Merbah atau disebut juga cucak-cucakan (familia Pycnonotidae) merupakan suku burung pengicau dari Afrika dan Asia tropis. Burung-burung ini kebanyakan memiliki suara yang merdu dan nyanyian yang beraneka ragam, kerap kali hutan menjadi ribut oleh suaranya terutama di pagi dan petang hari. Dalam bahasa Inggris, burung-burung ini dikenal sebagai Bulbuls.

Merbah aslinya dalam bahasa Melayu merujuk kepada beberapa jenis burung pengicau yang berbulu suram di semak belukar, termasuk pula jenis-jenis burung pelanduk, tepus, bentet dan lain-lain. Di sini, untuk kepentingan standarisasi penamaan seperti yang digunakan LIPI, merbah digunakan terbatas untuk menyebut burung-burung dari keluarga Pycnonotidae. Selain disebut merbah, burung-burung dari suku ini memiliki beberapa sebutan umum yang lain seperti cucak (Jawa), tempuruk, empuruk. tempulu’, empulu’, pampulu, empuloh (aneka bahasa Melayu di Sumatera dan Kalimantan), dan lain-lain.
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : P. zeylanicu
Nama binomial : Pycnonotus zeylanicus
Kebiasaan dan Penyebaran
Seperti namanya, Cucak Rawa biasa ditemukan di paya-paya dan rawa-rawa di sekitar sungai, ataupun di tepi hutan. Cucak Rawa sering bersembunyi di balik dedaunan dan hanya terdengar suaranya yang khas. Burung ini senang menjelajah semak belukar dan hutan yang setengah terbuka, mereka memetik aneka buah kecil-kecil dan memburu serangga dan sebagian lagi lebih senang tinggal di atas pepohonan. Suaranya lebih berat dan lebih keras dari umumnya cucak dan merbah. Siulan jernih, jelas, berirama baku yang merdu. Kerap kali terdengar bersahut-sahutan. Di alam bebas, burung ini memangsa aneka serangga, siput air, dan berbagai buah-buahan yang lunak seperti buah dari jenis-jenis beringin. Burung ini sering didapati berpasangan atau berkelompok, burung-burung ini terkadang bercampur dengan jenis yang lain. Ramai bersuara nyaring saling memanggil.

Cucak Rawa membuat sarang di atas pohon atau perdu, berbentuk cawan dari rumput, tangkai daun, atau serpihan daun, bercampur dengan serat-serat yang lain. Telur 2-3 butir. Cucak Rawa menyebar di dataran rendah dan perbukitan di Semenanjung Malaya, Sumatra (termasuk Nias), Kalimantan, dan Jawa di bagian barat. Di Jawa Barat terdapat sampai ketinggian 800 m dpl., namun kini sudah sangat jarang akibat perburuan.

Burung Cucak Rawa hidup di hutan belantara terutama di daerah rawa atau pada muara sungai kecil yang dangkal dan berair tenang, karena burung ini gemar mandi dan berjemur sinar matahari di waktu pagi sambil berkicau riang diatas dahan dan ranting yang menjorok di atas sungai. Mereka hidup secara begerombol atau berkelompok terutama pada senja hari di menjelang matahari tenggelam. Pada pagi hari mereka akan mandi bersama dengan berkicau riang. Setelah puas, mereka akan terbang secara berpasangan untuk mencari makan.

Pada saat musim kawin tiba, yaitu menjelang musim penghujan sekitar bulan Juli sampai dengan bulan September, pasangan dewasa akan mulai membuat sarang secara bersama-sama. Untuk menghindari gangguan dari musuh alami atau manusia, burung ini biasanya membuat sarang pada pucuk ranting yang tinggi atau pada ranting yang kering. Sarang biasanya dibuat dari ranting-ranting kecil dan rumput-rumput kering, yang dibentuk menyerupai mangkok. Setelah sarang selesai dibuat, tiba saatnya burung betina akan bertelur antara 2 sampai 4 butir, tetapi biasanya hanya 2 telur saja. Selama kurang lebih 2 minggu, telur-telur ini akan dierami oleh induknya secara bergantian. Setelah menetas, secara bergantian pula, induknya akan menyuapi anak-anaknya. Pada saat umur 3 bulan, anak Cucak Rawa mulai diajak keluar sarang untuk belajar terbang agar dapat mencari makan sendiri. Telur yang berhasil menetas biasanya terdiri atas jantan dan betina, yang selanjutnya akan menjadi pasangan induk baru. Tetapi tidak jarang terjadi, pasangan bukan dari satu tetasan atau satu induk, tetapi ditemukan setelah mereka dewasa.

Musuh alami burung Cucak Rawa adalah ular dan binatang hutan lainnya. Dewasa ini, musuh Cucak Rawa yang paling berbahaya adalah manusia. Karena nilai jualnya tinggi, berbagai cara ditempuh untuk mendapatkan cucakrawa, baik dengan cara dijaring, dipikat, bahkan dengan cara dipancing. Sasarannyapun bervariasi, mulai dari Cucak Rawa anakan, Cucak Rawa muda-hutan, sampai Cucak Rawa dewasa. Bahkan telurnyapun sering diambil untuk ditetaskan. Tindakan ini mengakibatkan populasi Cucak Rawa di habitat aslinya menurun secara drastis, karena semata-mata untuk mengejar keuntungan dan penyaluran hobi tanpa memperhitungkan segi-segi negatifnya. Bila hal ini tidak segera mendapatkan perhatian, maka dapat dipastikan dalam waktu dekat jumlah Cucak Rawa akan semakin menipis bahkan mungkin punah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar