Makam Pangeran Jayakarta terletak di Jatinegara Kaum, dan merupakan objek ziarah yang terkenal di daerah Jakarta Timur.
Pangeran Jayakarta berasal dari Banten, Pria dari pangeran Sungerasa Jayawikarta bernama pangeran Akhmad Jaketra,yang meneruskan perjuangan ayahnya tahun 1619-1640 M. Basis pertahanannya diwilayah timur Jakarta, di suatu tempat merupakan utan jati sepanjang kali Sunter, pada triwulan III tahun 1619 M, diresmikan dan diberi nama Jatinegara.
Yang mempunyai arti : Jati = Setia dan Negara = Pemerintahan. Jadi berarti Pemerintahan yang sejati. Setahun kemudian tepatnya tahun 1920 M beliau mendirikan masjid dengan tiang empat yang merupakan soko guru dan diberi nama Masjid Assalafiah yang bermakna tertua sampai saat ini masih dipelihara oleh ahli waris dan keturunanya.
Pada tahun 1940 M Pangeran Jayakarta meninggal dunia dan dimakamkan dekat Masjid Assalafiah bersama Prianya Pangeran Lahut dan familinya Pangeran Sageri, istri Pangeran Sangiyang yaitu Ratu Rafiah serta Pangeran Suria.
Makam Pangeran Jayakarta dipugar pertama pada tahun 1700 oleh Pangeran Sageri, pemugaran kedua tahun 1842 oleh Aria Tubagus Kosim. Pemugaran ketiga tahun 1969 oleh Gubernur DKI H. Ali Sadikin, dibangun dua lantai dengan membuat menara baru. Pemugaran keempat pada tahun 1992 oleh Gubernur DKI H. Suryadi Soedirdja, melalu Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta.
Masjid Assalafiah dan makam Pangeran Jayakarta banyak diziarahi oleh para ulama besar baik dari Mesir, ulama, Habib terkemuka Indonesia dan para pejabat pemerintah, serta masyarakat dari luar daerah provinsi DKI Jakarta.
Pangeran Jayakarta berasal dari Banten, Pria dari pangeran Sungerasa Jayawikarta bernama pangeran Akhmad Jaketra,yang meneruskan perjuangan ayahnya tahun 1619-1640 M. Basis pertahanannya diwilayah timur Jakarta, di suatu tempat merupakan utan jati sepanjang kali Sunter, pada triwulan III tahun 1619 M, diresmikan dan diberi nama Jatinegara.
Yang mempunyai arti : Jati = Setia dan Negara = Pemerintahan. Jadi berarti Pemerintahan yang sejati. Setahun kemudian tepatnya tahun 1920 M beliau mendirikan masjid dengan tiang empat yang merupakan soko guru dan diberi nama Masjid Assalafiah yang bermakna tertua sampai saat ini masih dipelihara oleh ahli waris dan keturunanya.
Pada tahun 1940 M Pangeran Jayakarta meninggal dunia dan dimakamkan dekat Masjid Assalafiah bersama Prianya Pangeran Lahut dan familinya Pangeran Sageri, istri Pangeran Sangiyang yaitu Ratu Rafiah serta Pangeran Suria.
Makam Pangeran Jayakarta dipugar pertama pada tahun 1700 oleh Pangeran Sageri, pemugaran kedua tahun 1842 oleh Aria Tubagus Kosim. Pemugaran ketiga tahun 1969 oleh Gubernur DKI H. Ali Sadikin, dibangun dua lantai dengan membuat menara baru. Pemugaran keempat pada tahun 1992 oleh Gubernur DKI H. Suryadi Soedirdja, melalu Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta.
Masjid Assalafiah dan makam Pangeran Jayakarta banyak diziarahi oleh para ulama besar baik dari Mesir, ulama, Habib terkemuka Indonesia dan para pejabat pemerintah, serta masyarakat dari luar daerah provinsi DKI Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar