II. PERSIAPAN BAHAN TANAMAN
Untuk menghasilkan bibit cengkeh yang bermutu, bahan tanaman perlu dipersiapkan dengan baik sejak dini, mulai dari pemilihan pohon induk, benih, persemaian sampai pembibitan.
1. Tipe dan Persyaratan Pohon Induk
a. Tipe pohon induk
Tipe cengkeh yang banyak dibudidayakan di Indonesia antara lain Zanzibar, Sikotok dan Siputih. Namun, yang banyak disukai oleh masyarakat adalah jenis Zanzibar karena produktivitasnya lebih tinggi. Ciri-ciri ketiga tipe cengkeh tersebut sebagai berikut :
Zanzibar :
Gambar 1. Pohon induk tipe Zanzibar.
· Produksi tinggi.
· Bunga berwarna agak merah dengan jumlah pertandan >15 bunga.
· Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna hijau tua dengan permukaan yang mengkilat.
· Tajuk rimbun, percabangan tidak membentuk sudut sehingga daun-daun banyak yang terletak dekat permukaan tanah.
Sikotok :
Gambar 2. Pohon induk tipe Sikotok
· Produksi cukup tinggi.
· Bunga berwarna kuning dengan jumlah pertandan >15 bunga.
· Daun pucuk berwarna merah muda, tangkai daun dan cabang berwarna merah.
· Daun tua berwarna hijau dengan permukaan mengkilat.
· Tajuk Perawakan rimbun, percabangan membentuk sudut dan berdaun lebat.
· Kebanyakan berbentuk piramid setelah dewasa.
Siputih :
Gambar 3. Pohon induk tipe Siputih.
· Bunga berwarna kuning berukuran besar dengan jumlah pertandan <15 bunga.
· Daun pucuk atau daun muda berwarna kuning sampai hijau muda, tangkai dan tulang daun muda berwarna kuning kehijauan, daun tua berwarna hijau.
· Helaian daun besar dan tidak mengkilat.
· Tajuk tidak rindang.
b. Persyaratan Pohon Induk
Pada umumnya cengkeh dikembangkan secara generatif melalui biji yang diperoleh dari pohon induk yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :
• Sehat.
• Berumur > 15 tahun.
• Bentuk mahkota bagus (penu-tupan tajuk >80%).
• Hasil rata-rata terus naik.
• Jauh dari tipe cengkeh lainnya.
• Tidak terlindungi.
• Percabangan cukup banyak.
• Batang utama tunggal.
• Bebas hama penyakit
2. Persiapan Benih
Benih yang digunakan memiliki kriteria :
· Benih masak fisologis (warna kuning muda sampai ungu kehitaman) atau telah berumur 9 bulan.
· Berat 0.85 – 1.1 g.
· Tidak cacat.
· Tidak berlendir.
· Harus tumbuh dalam waktu 3 minggu setelah semai.
· Tidak benjol-benjol (yang menandakan benih terinfeksi penyakit cacar daun cengkeh).
Sebelum disemai kulit buah dikupas untuk menghindari terjadinya fermentasi yang dapat merusak viabilitas (daya kecambah) benih. Pengupasan kulit buah dilakukan dengan hati-hati agar kulit benih tidak terluka.
Pengupasan dilakukan dengan tangan atau pisau yang tidak terlalu tajam. Setelah pengupasan, benih direndam dalam ember berisi air selama ± 24 jam, dan dilanjutkan dengan pencucian. Selama pencucian benih diaduk dan digosok dalam air, dengan mengganti air cucian 2-3 kali untuk menghilangkan lendir yang menempel pada kulit benih.
3. Persemaian
· Persemaian dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi yang paling baik agar benih dapat berkecambah dengan baik serta bersih dari hama dan penyakit. Persemaian memerlukan media tanam yang gembur untuk pertumbuhan benih selama 2 bulan.
· Disiapkan bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan serta keadaan tempat, melintang utara – selatan. Jarak antar bedengan 30 – 50 cm. Setiap bedengan dibatasi oleh saluran pembuangan air (dalam 20 cm dan lebar 30 cm) untuk menghindari genangan dan memudahkan penanaman serta pemeliharaan.
· Biji-biji ditanam dengan jarak 5 X 3 cm dengan ujung teratas benih tepat dipermukaan tanah, tidak boleh terbalik dan 2 atau 3 minggu kemudian biji akan mulai berkecambah.
· Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan siraman air hujan, bedengan diberi atap yang terbuat dari anyaman bambu, daun kelapa, jerami, alang-alang atau paranet yang dapat menahan intensitas matahari sebesar 75 %. Atap sebaiknya dibuat dengan ukuran yang lebih tinggi menghadap ke timur.
· Tanah bedengan dicangkul dan digemburkan sedalam 20-30 cm, apabila kandungan liatnya terlalu tinggi dapat dilapisi pasir setebal 3-5 cm.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menyemai benih dan pemindahan bibit cengkeh adalah :
· Sebelum penanaman dibuat lubang kecil berdiameter ± 0.8-1.0 cm, dengan jarak semai 5 x 5 cm.
· Benih disemai dengan posisi bagian yang agak meruncing berada di atas kemudian ditutup tanah dengan ketebalan 1 cm. Posisi benih yang terbalik akan menyebabkan pertumbuhan kecambah terhambat dan akar menjadi bengkok.
· Untuk menjaga kelembaban yang tinggi pesemaian disiram 2 kali sehari (tergantung kondisi cuaca). Penyiraman tidak boleh langsung agar tidak merubah posisi biji. Untuk menahan percikan air siraman pesemaian ditutup dengan karung goni.
· Bila setelah 3 minggu benih masih tidak tumbuh, sebaiknya dibuang.
4. Penanaman Bibit
Pemindahan bibit dari persemaian ke pembibitan dapat dilakukan setelah bibit berumur 1-2 bulan atau telah berdaun 4 - 7 helai.
Bibit yang dipilih mempunyai daun berwarna hijau sampai hijau tua mengkilap.
Pada permukaan daun tidak terdapat bercak daun serangan Cylindrocladium dan Gloesporium. Selain itu juga tidak ada gejala serangan penyakit cacar daun yang disebabkan oleh cendawan Phyllostica sp. Pada waktu pemindahan bibit diusahakan akar tidak rusak/putus, dan tanah/pasir yang melekat di permukaan akar jangan sampai rontok. Penanaman bibit di pembibitan dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
a. Langsung di bedengan
· Cara penyiapan lahannya sama dengan persemaian namun diberi pupuk kandang sebanyak ± 20 kg/m2.
· Bedengan diberi atap yang dapat menahan 50 % cahaya matahari yang masuk, dengan tinggi naungan sebelah timur 2 m dan di barat 1.5 m.
· Jarak tanam 20 x 20 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun pada umur 1 tahun), dan 40 x 40 cm (apabila bibit akan dipindah ke kebun setelah berumur 2 tahun).
· Bibit dipindahkan ke kebun dengan cara diputar.
· Sebelum pemutaran, tanah pada bedengan disiram secukupnya.
b. Menggunakan polybag
· Disiapkan media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1, ukuran polybag 15 x 20 cm (bibit sampai umur 1 tahun) atau 20 x 25 cm (bibit sampai umur 2 tahun), selanjutnya ditempatkan secara teratur di pembibitan dengan jarak 30 x 30 cm atau 30 x 40 cm.
· Pembibitan diberi naungan berupa tanaman hidup atau naungan buatan seperti pada persemaian.
· Setelah bibit berumur 1-2 tahun dapat dipindah ke kebun.
5. Pemeliharaan bibit
Pemeliharaan yang perlu dilakukan di pembibitan antara lain :
· Penyiraman, dilakukan seperlunya dan diiusahakan agar tidak terlalu basah.
· Menggemburkan tanah di sekitar batang tanaman. Penggemburan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran.
· Menjaga agar saluran pembuangan air disekitar pesemaian tetap baik (air tidak sampai menggenang).
· Kerapatan naungan sebaiknya dikurangi secara bertahap menurut kebutuhan dan perkembangan umur bibit (50% pada umur 6 bulan dan 40% pada umur 10 bulan), untuk mencegah timbulnya penyakit (jelaga, bercak daun kuning kecoklatan, bercak daun merah coklat) dan memperkokoh pertumbuhan bibit.
· Gulma yang tumbuh di pembibitan disiang bersih.
· Pemupukan diberikan setelah bibit berumur 3–4 bulan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dengan dosis 1 g/bibit dan pemupukan berikutnya 4 bulan sekali dengan dosis 2 g/bibit. Dapat juga ditambah dengan menyemprotkan pupuk daun dengan dosis 6-8 g/liter air setiap 2 minggu sekali.
· Pengendalian hama atau penyakit dilakukan apabila ada serangan.
6. Seleksi bibit
Untuk mendapatkan tanaman yang sehat bibit perlu diseleksi. Beberapa kriteria yang digunakan untuk seleksi bibit cengkeh adalah :
· Tinggi bibit minimal 60 cm (umur 1 tahun) dan 90 cm (umur 2 tahun).
· Sehat (tidak terserang hama penyakit dan kekurangan hara).
· Mempunyai akar tunggang yang lurus dan sehat dengan panjang ± 45 cm serta akar cabang 30-35 buah.
· Mempunyai batang tunggal.
· Jumlah rata-rata percabangan 7 pasang, jumlah daun 63 pasang dan warna daun dewasa hijau tua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar