Minggu, 08 Mei 2011

Pelabuhan Kalimas

Pelabuhan Kalimas ,Pelabuhan tradisional Kalimas sekarang di gunakan sebagai tempat bongkar / muat barang - barang kapal kapal samudra dengan tongkang - tongkang dan perahu perahu.

Surabaya adalah sebuah kota yang selama ratusan tahun dijajah oleh Belanda maka dengan sendirinya bentuk bangunan banyak dipengaruhi oleh gaya Eropa. Di negeri Belanda sendiri banyak memiliki kanal. Lantaran banyak memiliki saluran, tentu saja disana sini banyak dibangun jembatan. Mulai dari jembatan biasa, jembatan gantung hingga ophaalburg atau jembatan angkat. Surabaya juga hampir sama walaupun kanal-kanal di Surabaya tidak sebanyak di Belanda.

Tempo dulu, kapal-kapal dagang berukuran besar hanya bisa berlaku di selat Madura saja tapi agak mendekati perairan Surabaya. Lantas, untuk membongkar atau memuat barang-barang kargonya digunakanlah tongkang-tongkang atau kapal-kapal sekunar.

Setelah kapal-kapal kecil itu memuat barang ditengah laut, dengan gesitnya kapal-kapal itu menelusuri Kalimas hingga mencapai pelabuhan utama yang pada waktu itu merupakan pelabuhan Kota Surabaya. Dan lokasi tersebut merupakan jantung kota.

Dengan nama Heeresentraat (sekarang berada disekitar jalan Rajawali dan Kembang Jepun) yang merupakan sentral bisnis bongkar muat. Diantara kedua jalan itu, sudah ada jembatan yang membentang diatas Kalimas. Dan jembatan itulah yang disebut Roode Brug atau Jembatan Merah. Kala itu Pelabuhan Tanjung Perak belum ada, sementara pelabuhan lautnya berada di muara Kalimas.

Daerah sepanjang Kalimas terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Westerkade Kalimas (sebelah Barat Kalimas) dan Osterkade Kalimas (sebelah Timur Kalimas) atau biasa disebut warga Surabaya daerah kulon kali dan wetan kali. Daerah wetan kali merupakan daerah perdagangan, mulai dari Kembang Jepun, Cantikan, Kapasan, hingga kearah Utara jalan K.H. Mansyur (Pegirian, Nyamplungan dan lain sebagainya). Yang termasuk daerah kulon kali antara lain jalan Gresik, Kalisosok dan disekitar Tanjung Perak Barat.

Disepanjang sungai Kalimas tahun 1925, banyak berdiri pabrik-pabrik yang merupakan sektor industri di kota Surabaya. Hakekatnya cagar budaya sesungguhnya bukan sebuah icon suatu kota. Lebih dari itu adalah artefak yang bernilai tinggi. Kalau kita telusuri kota Surabaya dikelilingi sungai yang menghubungkan sungai kecil dan besar.

Pada masa sekarang diwujudkan sebagai tempat wisata yang perlu dilestarikan dan dikembangkan, untuk mengenang sungai Kalimas sebagai tempat perdagangan dan pelabuhan air, tempat mangkalnya perahu-perahu kecil disepanjang sungai Kalimas serta partisipasi warga dalam menjaga kebersihan disepanjang sungai Kalimas yang didukung Pemerintah Kota Surabaya dengan mengadakan berbagai kegiatan diantaranya perahu hias.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar