Kamis, 24 Maret 2011

Alun-alun Kidul

Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah. Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan. Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga (Mangifera indica; famili Anacardiaceae), pakel (Mangifera sp; famili Anacardiaceae), dan kuini (Mangifera odoranta; famili Anacardiaceae). Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan Supit Urang (harfiah=capit udang) dan sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok(dari kata bewok, jenggot). Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Plengkung Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya.
Alun-alun selatan, dulunya tempat latihan baris prajurit keraton, sehari sebelum upacara grebeg. Tempat itu juga sebagai ajang sowan abdi dalem wedana prajurit berserta anak buahnya, di malam bulan Puasa tanggal 23, 25, 27 dan 29. Namun sejak Sri Sultan HB VIII bertahta, pisowanan ini dihentikan.

ada satu tradisi permainan yang sangat menarik di alun alun selatan yang disebut Masangin. Masangin adalah memasuki celah di antara dua pohon beringin di tengah alun-alun itu dalam keadaan mata tertutup. Tampaknya sepele, tapi tak gampang. Banyak yang menjajal, tapi gagal. Selalu berbelok arah.

Kebun Binatang Gembira Loka


Kebun Binatang Gembira Loka adalah kebun binatang yang berada di Yogyakarta. Loka artinya tempat, gembira ya gembira. Syahdan, hampir setengah abad yang lalu Sri Sultan Hamengku Buwono IX mewujudkan keinginan pendahulunya untuk mengembangkan ‘Bonraja’ tempat memelihara satwa kelangenan raja menjadi suatu kebon binatang publik. Maka didirikanlah Gembira Loka diatas lahan seluas 20 ha yang separonya berupa hutan lindung. Disitu terdapat lebih dari 100 spesies satwa diantaranya 61 spesies flora.
Letaknya di daerah aliran sungai Gajah Wong. Akses menuju Gembira Loka sangat mudah dengan angkutan kota dan kendaraan. Pada awalnya dimulai dari beberapa hewan macan tutul yang berhasil ditangkap penduduk setempat karena mengganggu desa dan sebagian berasal dari lereng merapi yang hutannya terbakar akibat awan panas.
Kebun binatang Gembira loka kini memiliki koleksi binatang yang cukup lengkap. Setiap tahunnya ada tambahan penghuni. Sudah beberapa kali binatang gajah melahirkan anaknya, juga binatang langka Komodo telah menetaskan telurnya. Di Gembira Loka orang dapat bersuka ria dengan santai menggunakan perahu boad yang disediakan di telaga tersebut. Disamping dapat menikmati bermacam-macam jenis pohon yang tumbuh melengkapi keberadaan kebun raya.
Satu hal yang memprihatinkan adalah banyak kondisi satwa yang kurang terurus. Banyak fasilitas yang seakan seadanya saja. Hal itu karena pendapatan dari tiket masuk sangat kecil dari sedikitnya wisatawan yang berkunjung.

Kampung wisata Dipowinatan

Kampung wisata Dipowinatan memang tergolong baru bagi anda sekalian namun perlu diketahui bahwa kampung wisata ini telah di proklamirkan sejak 4 November 2006 lalu. Sepintas kilas jika anda tidak memperhatikan dengan seksama kampung Dipowinatan tampak sama seperti halnya kampug yang lain yang ada diperkotaan. Namin jika anda masuk kampung Dipowinatan anggapan tersebut akan dapat anda tepis. Selain lingkungan yang tertata rapi dan juga bersih juga kehidupan sosiokultur masyarakat yang tetap menjaga tradisi menjadi daya tari tersendiri.

Konsep yang ditawarkan ialah Blusukan dan bertamu disebuah keluarga Jawa. Dimana wisatawan dalam bertamu harus menggunakan pakaian jawa dan juga wisatawan akan dijamu dengan kuliner khas Jawa. Selain itu juga wisatawan disjikan wisata pengalaman batin yang dikemas dalam reality life,dimana wisatawan diajak menyelami sekaligus menikmati rutinitas kehidupan sehari-hari masyarakat setempat seperti jika ada warga yang menggelar pernikahan wisatawan diajak jagong dengan cara Jawa dan juga memberikan sumbangan, bahkan juga wisatawan ikut rewang. Selain itu juga ada paket Enjoy the Culture yaitu paket menikmati suasana dalam menikmati sebuah pentas kesenian dan berbagai atraksi yang penuh dengan nilai-nilai tradisi.

Sumur Gumuling

Sumur Gumuling-Tidak banyak yang mengetahui bahwa bangunan sumur Gumuling yang berada dalam satu komplek dengan taman sari ini sebenarnya adalah sebuah masjid bawah tanah yang digunakan pada masa kejayaan Keraton Yogyakarta. untuk menuju seumur gumuling dulu ada dua buah jalan yaitu melalui gerbang barat dan gerbang timur. Sebenarnya gerbang-gerbang ini adalah bagian dari urung-urung(gorong-gorong) menuju ke sumur gumuling. Gerbang barat sekarang hanya tinggal sisa-sisanya saja demikian juga urung-urungnya telah runtuh sehingga tidak mungkin dilewati, sedangkan gerbang timur masih dalam kondisi yang cukup baik dan urung-urungnyapun masih bisa dilewati.
Sumur Gumuling merupakan bangunan mesjid yang memiliki banyak filosofi dari segi arsitekturnya. pintu utama sumur gumuling hanya terdapat satu buah sehingga unutk masuk dan keluar harus menggunakan pintu yang sama. hal tersebut mengandung filosofi banhwa manusia hidup berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. sumur yang dimaksud itu sebndiri ada di tengah tengah bangunan dan diatasnya terdapat tangga untuk menuju ke lantai dua. tanggal tersebut ada lima yang mengacu pada jumlah rukun islam, empat diantaranya menuju ketengah membentuk pelataran kecil dan sati tanggal lainnya menghubungkan ke lantai dua. Maksudnya satu tangga keatas menunjukkan bilamanan kita telah "mampu" maka kita bisa menunaikan Rukun Islam yang ke-5 yaitu menunaikan ibadah haji. pada lantai 2 terdapat 4 jendela yang mengartikan mata angin.

Gerbang Plengkung

Gerbang Plengkung-Menurut sejarah Kraton Yogyakarta mempunyai pintu gerbang (Plengkung) yang berjumlah lima buah pada bentengnya, yaitu:
  1. Plengkung Tarunosuro yang terletak di sebelah tumur alun-alun utara yang sekarang lebih dikenal sebagai Plengkung wijilan karena berada di daerah Wijilan.
  2. Plengkung Madyasura di sisi timur Kraton Yogyakarta. Plengkung ini ditutup pada 23 juni 1812, karena itu kemudian dikenal sebagai plengkung Buntet(tertutup). pada masa pemerintahan Sultan hamengkubuwana ke VIII plengkung tersebut dibongkar dan kemudian diganti dengan gapura gerbang biasa.
  3. Plengkung Nirbaya, letaknya disebelah selatan alun alun selatan dan sekerang lebih dikenal sebagai Plengkung Gading. Plengkung Nirbaya merupakan ujung selatan poros utama keraton. Dari tempat ini Sultan HB I masuk ke Keraton Yogyakarta pada saat perpindahan pusat pemerintahan dari Kedhaton Ambar Ketawang. Gerbang ini secara tradisi digunakan sebagai rute keluar untuk prosesi panjang pemakaman Sultan ke Imogiri. Untuk alasan inilah tempat ini kemudian menjadi tertutup bagi Sultan yang sedang bertahta.
  4. Plengklung Jagabaya terletak disebelah barat yang lebih dikenal sebagi plengkung taman sari karena letaknya berdekatan dengan Taman Sari.
  5. Plengklung Jagasura terletak disebelah barat alun-alun utara dan lebih banyak dikenal sebagai plengkung gerjen.

Kraton Yogyakarta


Kraton Yogyakarta adalah obyek utama di Kota Yogyakarta. Bangunan Bersejarah yang merupakan istana dan tempat tinggal dari Sultan Hamengku Buwana dan keluarganya ini berdiri sejak tahun 1756. Kraton Yogyakarta dengan segala adat istiadat dan budayanya menjadi ruh kehidupan masyarakat Yogyakarta. Kraton Yogyakarta juga menjadi obyek wisata utama di Kota Yogyakarta baik dari sisi peninggalan bangunannya maupun adat istiadat yang ada di dalamnya. Di Kraton Yogyakarta di samping dapat dinikmati keindahan masa lalu melalui arsitektur bangunannya, dapat juga dinikmati kesenian tradisional yang disajikan setiap harinya di Bangsal Manganti. Saat ini Kraton Yogyakarta ditempati oleh keluarga Sultan Hamengku Buwana X yang menjadi raja sekaligus gubernur di Yogyakarta.
Buka : Senin – Minggu 08.00-14.00
Jum’at 08.00-12.00
informasi :
Kraton Yogyakarta
Jl. Rotowijayan 1 Yogyakarta.telp. 0274 373177

Pura Pakualaman

Pura Pakualaman adalah Istana Kadipaten yang terletak di sebelah timur Kraton Yogyakarta. Sejarah keberadaan kadipaten ini tidak lepas dari sejarah Kasultanan Yogyakarta. Istana yang didirikan pada awal abad XIX M ini saat menjadi tempat tinggal Sri Paduka Paku Alam IX beserta keluarganya. Sri Paduka Paku Alam IX saat ini juga menjadi Wakil Gubernur DIY dan merupakan dwi tunggal dengan Sri Sultan Hamengku Buwana X (bagian dari keistimewaan DIY).
Buka : Selasa, Kamis, Minggu 09.30-13.30

Puro PAkualaman

Jl. Sultan Agung Yogyakarta

Kotagede

Kotagede adalah sebuah kawasan yang terletak di Yogyakarta bagian selatan. Kawasan ini dahulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Mataran Islam yang berkuasa pada pertengahan abad XVI M. Saat ini, disamping melihat bangunan kuna peninggalannya, Kotagede juga dikenal sebagai tempat ziarah, khususnya di makam Panembahan Senapati, raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Di kompleks tersebut terdapat beberapa peninggalan seperti watu gatheng yang dipercaya sebagai permainan Raden Rangga, Masjid Besar Mataram yang dahulu merupakan rumah tempat tinggal Panembahan Senapati, benteng dan parit pertahanan. Di Kotagede juga terdapat pasar tradisional dan pusat kerajinan perak yang cukup terkenal di Kota Yogyakarta.

Taman sari

Taman sari terletak disebelah barat kawasan kraton Yogyakarta masih dalam ruang lingkup benteng istana. nama Taman sari ada yang mengartikan sebagai sebuah taman yang sangat indah dan mempesona. Tamansari merupakan istana air yang pada masanya berfungsi sebagai tempat rekreasi, pesanggrahan dan benteng pertahanan bagi Sultan Istri Sultan dan segenap keluarga Keraton Yogyakarta. hal ini tampak dari adanya segaran yang lengkap dengan perahunya, lorong-lorong bawah tanah, kolam pemandian dan tempat ganti pakaian, kolam latihan berenang, ruang untuk menari, dapur dan sebagainya.
Bangunan bersejarah ini mulai berdiri tahun pertengahan abad XVIII M dan dibangun pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana I. Tempat yang juga dikenal dengan Water Castle ini saat ini masih banyak menyisakan kebesarannya. Konon secara simbolik taman sari dapat diartikan sebagai alat penghubung yang secara tidak langsung menghubungkan lahir dan batin antara sultan dan rakyatnya. Di sekitar Tamansari ini juga terdapat Kampung Taman yang merupakan sentra kerajianan batik khususnya lukisan batik.

Jalan Malioboro

{Malioboro Tempoe Doeloe}
Jalan Malioboro adalah nama jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta yang terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi dan Jalan Jend. A. Yani, Jalan ini merupakan poros Garis Imaginer Kraton Yogyakarta.

Terdapat beberapa obyek bersejarah di jalan ini antara lain Tugu Yogyakarta, Stasiun Tugu, Gedung Agung, Pasar Beringharjo, Benteng Vredeburg dan Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.

Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya.

Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg khas jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para Seniman-seniman-seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim dan lain-lain disepanjang jalan ini.
Malioboro Zaman Sekarang

Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg terletak di sisi selatan Jalan Malioboro Yogyakarta bersebarangan dengan Istana Negara Gedung Agung. Benteng ini dibangun pada masa penjajahan Belandan tahun 1765 dan saat itu berfungsi sebagai benteng untuk bertahan melindungi Gubernur Hindia Belanda yang tinggal di Gedung Gubernuran (saat ini disebut Gedung Agung). Benteng Vredeburg juga dilengkapi dengan meriam-meriam yang mengarah ke Keraton Yogyakarta untuk mengantisipasi serangan yang muncul dari tentara Keraton Yogyakarta, walaupun pada akhirnya meriam-meriam tersebut tidak begitu bermanfaat saat terjadi serangan dari gerilyawan Indonesia pada tahun 1949.
Sebagai salah satu peninggalan sejarah, sampai saat ini Benteng Vredeburg dijaga dan dirawat dengan baik. Ini tampak dengan masih kokoh dan terawatnya dinding benteng termasuk selokan yang mengelilingi benteng tersebut, dengan taman yang indah di sekeliling benteng tersebut.
Bangunan-bangunan yang ada di dalam kompleks Benteng Vredeburg itu sendiri telah mengalami pemugaran, sehingga tampak kokoh dan asri. Di dalam beberapa bangunan-bangunan tersebut terdapat diorama-diorama yang mengisahkan perjuangan tentara Republik Indonesia dalam masa penjajahan Belanda.
Selain diorama-diorama tersebut, Benteng Vredeburg saat ini juga menjadi salah satu tempat aktivitas budaya dan kesenian di Yogyakarta, ini tampak dengan seringnya benteng ini dimanfaatkan oleh budayawan dan seniman sebagai ajang berkreasi dan memamerkan karya seni dan budaya kepada masyarakat, sebagai contoh ajang FKY yang salah satu kegiatannya dilaksanakan di benteng ini.

Agrowisata salak pondoh Sleman


Turi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan Turi merupakan wilayan kecamatan paling utara di Kabupaten Sleman, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 8 Km. Lokasi ibu kota kecamatan Turi berada di 7.65200‘ LS dan 110.36990‘ BT. Kantor Kecamatan Turi berada di Jl. Turi-Tempel Km.2, Kiringan, Wonokerto.

Wilayah kecamatan Turi berupa dataran tinggi dengan ketinggian 50-2.500 m dpl. Luas Wilayah Kecamatan Turi adalah 43.09 km2, dan terdiri dari empat desa, yaitu Bangunkerto, Donokerto, Girikerto dan Wonokerto. Jumlah penduduk yang mendiami kecamatan ini adalah 34.950 jiwa (2007) yang terbagi dalam 9.932 Kepala Keluarga. Di kecamatan ini terdapat 16 TK, 21 SD, 5 SLTP, dan 3 SLTA.

Di wilayah ini dikembangkan beberapa objek wisata untuk mengembangkan potensi masyarakat setempat. Contohnya adalah agrowisata salak pondoh di Dusun Gadung, Desa Bangunkerto, desa wisata di Dusun Kembangarum, Desa Donokerto, dan pembiakan kambing PE (Peranakan Etawa) di Dusun Nganggring, Desa Girikerto.

Kaliurang

Kaliurang yang secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti "Sungai Udang", adalah sebuah tempat wisata yang terletak di provinsi Yogyakarta, persisnya di Kabupaten Sleman, di perbatasan dengan provinsi Jawa Tengah.

Akses menuju ke Kaliurang sangat mudah. Setidaknya dengan jalan kaki atau menumpang angkutan bus, kol (Colt), taxi, ojek atau becak (jarang yang mau), melewati Jalan Kaliurang. Jarak Kaliurang ke Yogyakarta kurang dari 1 jam perjalanan, dan ke Surakarta kurang dari 3 jam perjalanan.

Kaliurang adalah sebuah resor atau tempat peristirahatan karena sejuknya udaranya. Maka di sini terdapat banyak vila-vila penginapan, kebanyakan orang sekitar menyebutnya wisma. Tempat yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dalam maupun luar negeri adalah Tlaga Putri.
Di Kaliurang terdapat sebuah bangunan bersejarah yaitu Wisma Kaliurang. Di sana pernah terjadi Perundingan Khusus antara Republik Indonesia dengan Komisi Tiga Negara pada 13 Januari 1948. Perundingan Kaliurang ini melahirkan Notulen Kaliurang.

Republik Indonesia diwakili oleh Presiden Soekarno , Wapres Moh Hatta , PM Syahrir dan Jendral Soedirman. Sedangkan Delegasi Belanda diwakili oleh Paul Van Zeelan (Belgia), Richard Kirby (Australia), dan Dr Frank Graham (AS). Di dalam perundingan, Frank Graham mengucapkan ungkapan populer, yaitu "You are what you are from bullets to the ballots." 
Candi Ratu Boko merupakan Salah satu peninggalan zaman purbakala yang sangat misterius adalah Istana Ratu Boko atau Candi Ratu Boko. Candi yang satu ini terletak di sebuah bukit, sekitar 3 km dari Candi Prambanan, dan 19 km dari kota Yogyakarta Luasnya kurang lebih 16 ha, yang mencakup dua desa di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Dawung dan Sambirejo.

Ratu Boko dibangun sekitar abad 9 M oleh Dinasti Syailendra, yang kelak mengambil alih Mataram Hindu. Sebagai sebuah monumen peninggalan zaman dahulu, Ratu Boko masih menyimpan misteri. Atribut-atribut yang terdapat di sini memang mengacu pada sebuah wilayah perkampungan. Tapi tetap saja para ahli masih sulit mengindentifikasikan, apakah ia merupakan taman kerajaan, istana, benteng, atau candi.

Ratu Boko memiliki 3 buah tingkat, yang masing-masing dipisahkan dengan dinding batu dan benteng. Untuk mencapai teras pertama, kita harus melewati sebuah gerbang besar yang dibangun dalam 2 tahap. Di sebelah barat teras ini terdapat sebuah benteng atau Candi Batu Kapur (Temple of Limestone). Dinamakan Candi Batu Kapur karena ia memang terbuat dari batu kapur. Jaraknya kira-kira 45 m dari gerbang pertama.

Teras kedua dan pertama dipisahkan oleh tembok andelit. Teras kedua ini dapat kita capai setelah melewati gerbang di paduraksa yang terdiri dari 3 pintu. Pintu yang lebih besar (Gerbang Utama) ada di tengah-tengah, diapit oleh dua buah gerbang yang lebih kecil.

Teras kedua dan ketiga di pisahkan oleh benteng batu kapur dan tembok andelit. Untuk masuk ke dalam teras ketiga, kita harus melewati 5 gerbang, dimana gerbang yang paling tengah lebih besar ukurannya bila dibandingkan dengan 4 gerbang lain yang mengapitnya.

Di teras ketiga (teras paling besar) lah terpusat sisa-sisa peninggalan. Di sini kita bisa menemukan antara lain Pendopo (Ruang Pertemuan). Pondasi pendopo ini berukuran panjang 20 m, lebar 20 m, dan tinggi 1,25 m, terletak di sebelah utara dari teras ini.

Sedangkan di sebelah selatan, kita akan menemukan pondasi Pringgitan, berukuran panjang 20 m, lebar 6 m, dan tinggi 1,25 m. Keduanya, pendopo dan pringgitan, dikelingi oleh sebuah pagar dengan panjang 40 m, lebar 36 m, dan tinggi 3 m. Pagar ini dilengkapi dengan 3 gerbang beratap di sebelah utara, selatan, dan di sebelah barat. Tiga buah tangga dibuat untuk mendaki sampai ke pondasi tersebut.

Di sebelah timur pendopo, terdapat Komplek Kolam Pemandian yang dikelilingi oleh pagar empat persegi panjang. Komplek ini terdiri dari 3 kelompok. Kelompok pertama, terdiri dari 3 buah kolam berbentuk persegi empat. Dua di antaranya memanjang dari utara sampai selatan, dan keduanya dipisahkan oleh sebuah gerbang. Sedangkan kelompok kedua terdiri dari 8 kolam bundar yang dibagi dalam 3 baris.

Di teras ini, kita juga bisa melihat sisa-sisa bangunan yang disebut Paseban (Ruang Resepsi) yang membujur dari utara ke selatan. Reruntuhan gerbang, pagar dan landaian juga terdapat di sini.

Selain itu, juga terdapat Keputren (Istana atau Tempat Tinggal Putri), dimana di dalamnya terdapat sebuah kolam persegi panjang berukuran 31 x 8 m2 yang dikelilingi oleh pagar. Pagar ini mempunyai 2 gerbang, masng-masing terletak di sebelah baratdaya dan timurlaut. Sekitar 60 m dari gerbang ini, kita bisa melihat reruntuhan batu-batuan, tapi kondisi lantainya masih baik. Dasarnya berbentuk bujur sangkar berukuran 20 x 20 m.

Selain tempat-tempat tersebut, masih banyak reruntuhan yang bisa kita temukan di Ratu Boko, misalnya saja reruntuhan Gua Laki-Laki (Male Cave) berukuran panjang 3,5 m, lebar 3 m, dan tinggi 1,5 m, serta sebuah gua yang berukuran lebih kecil lagi, Gua Perempuan (Female Cave).

Ratu Boko telah menghasilkan banyak sekali artefak, termasuk arca-arca, baik arca Hindu (Durga, Ganesha, Garuda, lingga, dan yoni), serta arca Buddha (tiga Dhyani Buddha yang belum selesai). Selain itu, juga ditemukan keramik dan beberapa prasasti.

Salah satu prasasti yang ditemukan adalah prasasti Siwagraha. Prasasti ini menyebutkan peperangan antara Raja Balaputra dan Rakai Pikatan. Karena kalah perang, Balaputra melarikan diri dan membangun tempat pertahanan di atas kaki bukit Ratu Boko.

Di sana juga pernah ditemukan lima fragmen prasasti berhuruf Prenagari dan berbahasa Sansekerta, Walaupun tidak utuh, prasasti ini masih bisa dibaca. Isinya berkaitan dengan pendirian bangunan suci Awalokiteswara, salah satu Buddhisatwa dalam agama Buddha, khususnya aliran Mahayana. Dilihat dari bentuk hurufnya, prasasti-prasasti tersebut berasal dari abad ke-8 M.

Selain itu, juga ditemukan tiga prasasti berhuruf Jawa Kuno dalam bentuk Syair Sansekerta. Dua di antaranya memuat tahun 778 Saka atau 856 M, yang berisi pendirian lingga Kerttiwasa dan lingga Triyambaka atas perintah Raja Kumbhaya. Sedangkan prasasti satunya lagi berisi pendirian lingga atas perintah Raja Kalasodbhawa.

Prasasti lain yang ditemukan di Ratu Boko adalah sebuah prasasti berbahasa Sansekerta-Jawa, dan sebuah inskripsi pada lempengan emas.

Walaupun begitu banyak dan beragamnya sisa-sisa bangunan ditemukan di sana, sampai sekarang fungsi Ratu Boko masih belum diketahui. Ada yang percaya bahwa bahwa Ratu Boko merupakan biara, atau sebuah tempat beristirahat dan rekreasi.

Prasasti-prasasti yang ditemukan pun agaknya sulit untuk dijadikan sebagai sumber untuk mengetahui fungsi candi yang satu ini. Tulisan-tulisan yang ditemukan di sana hanya menunjukkan bahwa Ratu Boko ada di masa antara abad ke-8-9. Prasasti yang berasal dari abad ke-8 umumnya berisi pendirian bangunan suci Buddha, sedangkan abad ke-9 berisi tentang pendirian bangunan suci Hindu sekali. Tapi karena tidak ada prasasti yang secara eksplisit menyebutkan fungsi dari setiap bangunan yang ada, maka Ratu Boko masih menjadi misteri sampai sekarang.

Candi Kalasan

Candi Kalasan atau Candi Tara dibangun sekitar akhir abad ke 8 M atau awal abad ke 9 M diatas bangunan candi kuno. Sebuah prasasti kuno yang dibuat pada tahun 778 M atas perintah Raka i Panangkaran dan ditemukan tidak jauh dari candi dan memberikan penjelasan bahwa candi dibangun untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tara. Pada awalnya, hanya ditemukan satu candi pada situs yaitu candi Kalasan, tetapi setelah digali lebih dalam maka ditemukan lebih banyak lagi bangunan bangunan pendukung di sekitar candi. Candi ini memiliki tinggi 6 meter dan 52 stupa

Prasasti ini juga menyatakan bahwan candi ini dibuat oleh dua raja secara bersama-sama yaitu raja dari Wangsa Syailendra dan raja dari Mataram Hindu yang tidak diketahui namanya di zaman Wangsa Syailendra.

Candi yang berada kira-kira 2 km di sebelah barat dari candi Prambanan, yaitu di sisi jalan raya antara Yogyakarta dan Solo ini dikategorikan sebagai candi umat Buddha. Meskipun belum diketahui dewa apa yang dijadikan simbol sebagai patung di ruang utama candi, tetapi patung ini mempunyai tinggi lebih dari 6 meter dan terbuat dari perunggu.

Selain candi Kalasan dan bangunan - bangunan pendukung lainnya ada juga tiga buah candi kecil di luar bangunan candi utama, berbentuk stupa.

Candi Barong

Candi Barong yang mempunyai hiasan kala dan naga mirip seperti barong pada pintu masuknya adalah candi Hindu yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko,kira-kira 300 meter ke arah timur, yaitu di dusun Candisari, kelurahan Bokoharjo, Prambanan, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno.

Kompleks candi ini berada di atas tanah berundak 3 dengan beberapa bangunan candi pada setiap terasnya. Pada teras tertinggi terdapat 2 buah candi untuk pemujaan dewa Wisnu dan dewi Sri sebagai lambang kesuburan. Masing-masing candi ini mempunyai ukuran kira-kira 8 meter x 8 meter dengan tinggi 9 meter.

Candi Sari

Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Sambi Sari, Candi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta, dan tidak begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno dengan bentuk yang sangat indah. Pada bagian atas candi ini terdapat 9 buah stupa seperti yang nampak pada stupa di Candi Borobudur, dan tersusun dalam 3 deretan sejajar.

Bentuk bangunan candi serta ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Beberapa ruangan bertingkat dua berada persis di bawah masing-masing stupa, dan diperkirakan dipakai untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) pada zaman dahulunya. Candi Sari di masa lampau merupakan suatu Vihara Buddha, dan dipakai sebagai tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

Candi Sambisari

adalah candi Hindu (Siwa) yang berada kira-kira 12 km di sebelah timur kota Yogyakarta ke arah kota Solo atau kira-kira 4 km sebelum kompleks candi Prambanan. Candi ini dibangun pada abad ke 9 pada masa pemerintahan raja Rakai Garung di zaman kerajaan Mataram Kuno.

Posisi Candi Sambisari terletak 6,5 meter di bawah permukaan tanah, kemungkinan besar karena tertimbun lahar dari Gunung Merapi yang meletus secara besar-besaran pada awal abad ke-11 (kemungkinan tahun 1006). Hal ini terlihat dari banyaknya batu material volkanik di sekitar candi.

Dengan dikelilingi oleh tembok candi yang asli dengan ukuran 50 m x 48 m, kompleks ini mempunyai candi utama didampingi oleh tiga candi perwara (pendamping). Di dalam candi ini terdapat patung Durga (di sebelah utara), patung Ganesha (sebelah timur), patung Siwa Agastya (sebelah selatan), dan di sebelah barat terdapat dua patung dewa penjaga pintu: Mahakala dan Nadisywara. Di dalam candi utama terdapat patung Lingga dan Yoni dengan ukuran cukup besar. Pada saat penggalian, benda-benda bersejarah, di antaranya beberapa tembikar, perhiasan, cermin logam serta prasasti lempengan emas juga ditemukan.

Candi ini ditemukan pada tahun 1966 oleh seorang petani di Desa Sambisari yang diabadikan menjadi nama candi tersebut, dan dipugar pada tahun 1986 oleh Dinas Purbakala.

Museum Monumen Yogya Kembali

Museum Monumen Yogya Kembali, adalah sebuah museum sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia yang ada di kota Yogyakarta dan dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Museum yang berada di bagian utara kota ini banyak dikunjungi oleh para pelajar dalam acara darmawisata.
Museum Monumen dengan bentuk kerucut ini terdiri dari 3 lantai dan dilengkapi dengan ruang perpustakaan serta ruang serbaguna. Pada rana pintu masuk dituliskan sejumlah 422 nama pahlawan yang gugur di daerah Wehrkreise III (RIS) antara tanggal 19 Desember 1948 sampai dengan 29 Juni 1949. Dalam 4 ruang museum di lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: realia, replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini (di ruang museum nomor 2).
Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan upacara tradisional penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Gagasan untuk mendirikan monumen ini dilontarkan oleh kolonel Soegiarto, selaku walikotamadya Yogyakarta pada tahun 1983. Nama Yogya Kembali dipilih dengan maksud sebagai tetenger (peringatan) dari peristiwa sejarah ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta pada waktu itu, tanggal 29 Juni 1949. Hal ini merupakan tanda awal bebasnya bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintahan Belanda.

Candi Ijo


Candi Ijo adalah candi Hindu yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko atau kita-kira 18 km di sebelah timur kota Yogyakarta. Candi ini dibangun pada abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno, dan terletak pada ketinggian 410 meter di atas permukaan laut. Karena berada di atas bukit yang disebut Gumuk Ijo, maka pemandangan di sekitar candi sangat indah, terutama kalau melihat ke arah barat akan terlihat wilayah persawahan dan Bandara Adisucipto.

Candi ini merupakan kompleks 17 buah bangunan yang berada pada sebelas teras berundak. Pada bagian pintu masuk terdapat ukiran kala makara, berupa mulut raksasa (kala) yang berbadan naga (makara), seperti yang nampak pada pintu masuk Candi Borobudur. Dalam kompleks candi ini terdapat tiga candi perwara yang menunjukkan penghormatan masyarakat Hindu kepada Trimurti: Brahma, Wisnu, dan Syiwa.

Museum Ullen Sentalu


Museum Ullen Sentalu, terletak di daerah Pakem, Kaliurang (bagian utara kota Yogyakarta) adalah museum yang menampilkan budaya dan kehidupan putri / wanita Keraton Yogyakarta beserta koleksi bermacam-macam batik (baik gaya Yogyakarta maupun Solo).
Museum ini juga menampilkan tokoh raja-raja (Sultan) di keraton Yogyakarta beserta permaisurinya dengan berbagai macam pakaian yang dikenakan sehari-harinya.
Nama Ullen Sentalu merupakan singkatan dari bahasa Jawa: “ULating bLENcong SEjatiNe TAtaraning LUmaku” yang artinya adalah “Nyala lampu blencong merupakan petunjuk manusia dalam melangkah dan meniti kehidupan”. Filsafah ini diambil dari sebuah lampu minyak yang dipergunakan dalam pertunjukkan wayang kulit (blencong) yang merupakan cahaya yang selalu bergerak untuk mengarahkan dan menerangi perjalanan hidup kita.
Di Museum Ullen Sentalu, dapat diketahui bagaimana para leluhur Jawa membuat batik yang memiliki arti dan makna yang mendalam di dalam setiap coraknya. Ada juga berbagai sejarah mengenai keadaan budaya Jawa kuno dengan segala aturannya. Keadaan museum yang dibangun dengan baik, mampu membuat pengunjung seperti terserap ke masa Jawa kuno yang mengagumkan.

Museum Affandi


Museum Affandi yang terletak di pinggir sungai Gajah Wong, atau di Jalan Solo 167, Yogyakarta adalah museum yang menyimpan hasil karya pelukis legendaris Affandi. Lebih dari 300 buah lukisannya disimpan di dalam museum ini yang terdiri dari 3 galeri dan sebuah rumah yang dahulu dipakai sebagai tempat tinggal pelukis ini. Rumah ini mempunyai atap berbentuk daun pisang, dan terdiri dari dua lantai dengan lantai atas sebagai kamar pribadi Affandi yang bernuansa artistik.
Selain 300 karya lukisan Affandi sendiri, dalam museum ini juga tersimpam lebih dari 700 lukisan dari para pelukis Indonesia terkenal lainnya, seperti: Basuki Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli, Fajar Sidik, dan lain-lain.

Goa Kiskendo


Goa Kiskendo adalah goa alam yang berada di pegunungan Menoreh yang terletak 1200 m di atas permukaan laut. Goa Kiskendo ini terletak sekitar 38 km arah barat laut Yogyakarta di atas bukit utara Kabupaten Kulon Progo,Goa Kiskendo yang terletak di desa Jatimulyo, Kecamatan Girimulya, dapat dicapai dari yogyakarta dengan jarak kurang lebih 38 km atau kurang dari 21 km dari kota wates. yang dapat diakses melalui jalan kecil beraspal. Hanya kendaraan beroda empat berukuran kecil saja yang dapat sampai ke gua ini. Bagi Anda yang datang dengan bis besar harus berhenti di desa Niten, dekat kantor kecamatan Giri Mulyo, sekitar 8 km dari gua.
Tidak jauh dari mulut goa Kiskendo terdapat Goa Sumitro yang mempunyai dua mulut vertikal dan horizontal yang mengalir sungai bawah tanah yang jernih. Objek wisata ini sangat cocok untuk kegiatan perkemahan karena didukung dengan adanya lahan yang luas dengan udara yang nyaman. Sepanjang Goa Kiskendo dapat menikmati pemandangan alam pegunungan yang mempesona. Memasuki gua Kiskendo, pengunjung akan disambut oleh keindahan stalaktit dan stalagmit seperti gua batu kapur pada umumnya.

Objek WIsata Pemandian Clereng


Objek WIsata Pemandian Clereng,Pemandian ini berada di Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, berjarak ± 5 km di sebelah utara Kota Wates.Di lokasi obyek wisata ini para pengunjung selain bisa mandi atau sekedar cuci muka untuk merasakan segarnya mata air pemandian Clereng, Pemandian Clereng merupakan perbukitan yang dibawahnya mengalir mata air jernih yang juga dimanfaatkan untuk air minum dan irigasi pertanian

Pantai Glagah Indah

Pantai Glagah Indah terletak di daerah Kabupaten Kulon Progo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).dan berjarak sekitar 40 km dari kota Yogyakarta. Pantai ini terkenal dengan ombaknya yang besar.
Sepanjang lokasi Pantai Glagah hingga beberapa Ratus meter ke arah barat, anda bisa menjumpai sebuah laguna dengan aliran air yang menuju ke arah muara sungai. Laguna ini membagi kawasan pantai menjadi dua, lokasi yang masih ditumbuhi oleh beberapa tumbuhan pantai dan rerumputan dan lokasi gundukan pasir yang langsung berbatasan dengan lautan. Anda bisa menyeberang ke lokasi gundukan pasir melewati jalan penghubung yang terletak tak jauh dari muara sungai.

Puncak Suroloyo

Puncak Suroloyo merupakan bukit tertinggi di kawasan pegunungan Menoreh yang terletak di di dusun Keceme, Gerbosari, kecamatan Samigaluh, kabupaten Kulonprogo. Selain memiliki pemandangan yang indah, tempat ini juga memiliki berbagai cerita dan mitos yang cukup kuat.

Ada dua jalur untuk bisa mencapai tempat ini yakni jalan Godean – Sentolo – Kalibawang dan dari jalan Magelang - Pasar Muntilan – Kalibawang. Jalur menuju tempat ini cukup sulit karena penuh tanjakan dan berbelok-belok. Sampai saat ini daerah ini memang hanya bisa dicapai dengan kendaraan pribadi saja.

Di daerah dengan ketinggian sekitar 1.100 meter diatas permukaan air laut ini, orang bisa menyaksikan bentangan alam yang begitu indah. Jika cuaca cerah, biasanya pada pagi hari, orang bisa memandang empat gunung besar di jawa yakni Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro. Dari tempat ini puncak Candi Borobudur yang berada di Magelang juga bisa dilihat dengan jelas.

Pantai congot


Objek Wisata Pantai congot terletak di sebelah barat pantai Glagah indah, tepatnya di desa Jangkaran kecamatan Temon, 15 km dari Wates, membentang sepanjang 4,5 km. Lokasi pantai Congot sangat mudah dijangkau karena hanya terletak kurang lebih sekitar 2 km dari jalur lintas selatan pulau Jawa . Pantai Congot berada di muara sungai Bogowonto dengan laguna yang indah dan banyak terdapat ikan, sehingga sangat cocok untuk kegiatan memancing. Banyaknya hasil laut di pantai Congot dimanfaatkan penduduk sekitar untuk membudidayakan ikan dan udang di tambak. Menyaksikan matahari terbenam di atas laguna yang indah membuat enggan untuk beranjak meninggalkan pantai Congot.

Pantai Trisik


Pantai Trisik merupakan pantai pertama di Kabupaten Kulon Progo yang akan ditemui bila anda melaju melewati lintasan Bantul - Purworejo, melewati Palbapang dan Srandakan. Berlokasi di wilayah Brosot, Kabupaten Kulon Progo, berjarak sekitar 37 kilometer dari pusat kota Yogyakarta. Pantai Trisik terletak sangat dekat dengan jalan raya sehingga sangat mudah dijangkau menggunakan kendaraan pribadi roda empat maupun roda dua.

Perjalanan ke Pantai Trisik akan terasa menyenangkan dan tak begitu melelahkan meski jaraknya cukup jauh. Jalan menuju pantai ini sangat halus dan minim tanjakan, terdapat pula warung makan di kanan kiri jalan yang bisa menjadi tempat beristirahat bila lelah. Melewati jalur Palbapang dan Srandakan, anda juga akan dapat menikmati pemandangan Sungai Progo ketika melewati jembatan penghubung Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.

Pantai Trisik memiliki kekhasan dibanding pantai-pantai lainnya di Kulon Progo, yaitu suasana pedesaan pesisir yang begitu terasa. Pantai, rumah-rumah warga, gubug-gubug yang menjajakan makanan dan jalan penghubung desa dengan kota terletak saling berdekatan. Beragam aktivitas warga sekitar yang memanfaatkan wilayah pesisir dan laut sebagai sumber penghidupan juga turut meperkuat suasana pedesaan pesisir itu.
Sumber:/trisikbeach.blogspot.com

Waduk Sermo

Waduk Sermo terletak di desa Hargowilis, kec. Kokap, jarak dari Jogja + 36 km dari arah k o t a Wates. Bentuk waduk yang berkelok-kelok dan dikelilingi bukit merupakan keindahan tersendiri yang dapat dinikmati. Waduk Sermo sendiri memiliki luas kurang lebih 157 Ha dengan keadaan air yang jernih serta bentuknya yang berkelok-kelok menyerupai jari tangan dengan latar belakang perbukitan menoreh yang hijau. Wisatawan dapat menikmati panorama waduk dengan berkeliling menggunakan perahu wisata atau melewati jalan lingkar aspal sepanjang 21 km. Selain sebagai obyek wisata yang nyaman, pengunjung bisa memancing di area waduk. Banyak ragam ikan yang ada di Waduk Sermo.

Goa pertapaan


Goa pertapaan 1 terletak di daerah Pulutan, tepatnya di tepi pantai Pulutan. Goa ini memiliki ornamen-ornamen Goa yang indah, seperti stalagtit dan stalagnit.

Ketika kita menelusuri Goa ini, kita harus melewati jalan-jalan Goa yang sempit dan tebing-tebing Goa yang terjal. Hal ini menambah keunikan dari Goa ini.

Seperti namanya, Goa ini juga sering dijadikan sebagai tempat bertapa, bahkan masih digunakan hingga sekarang. Konon, dulu banyak orang-orang sakti berkunjung di tempat ini. Masih ada penduduk sekitar tempat ini lari ke goa ini bila ingin bertapa atau setidaknya menenangkan diri bila mempunyai masalah. Untuk sampai di tempat ini anda harus melakukan ritual khusus yaitu (maaf) memegang payudara perawan. Setelah itu anda bisa terus masuk kedalam Goa. Anda masih tak percaya, silahkan anda berkunjung sendiri di tempat ini.

Goa pertapaan 2 ini juga terletak di daerah Pulutan, tepatnya di sebelah goa pertapaan 1. Goa pertapaan 2 ini lebih menjorok ke laut, sehingga ketika air laut pasang, air laut ikut masuk sampai ke dalam goa. Goa pertapaan 2 ini aman dimasuki saat air laut surut.


Goa ini telah banyak dikunjungi oleh banyak pengunjung dan sama seperti halnya goa pertapaan 1, goa ini juga sering dijadikan sebagai tempat bertapa sampai sekarang. Banyak cerita- cerita mistik yang terkandung di tempat ini. Bila anda ingin mencapai tempat ini, anda harus merelakan sebagian kaki anda basah karena untuk mencapai tempat ini anda harus melewati bagian tepi pantai Jungwok.

Pantai Kukup

Pantai Kukup merupakan pantai yang berpasir putih yang indah dan luas, terdapat aneka biota laut terutama ikan hias yang dijual oleh pedagang di pinggir pantai atau dipelihara di gedung aquarium laut yang terletak pada satu kawasan di Pantai Kukup. Di sini juga terdapat sebuah pulau karang kecil yang diatasnya terdapat gardu pandang untuk menikmati keindahan laut. Fasilitas yang ada diantaranya pendopo untuk pertemuan, pondok wisata, hotel melati, warung makan, dan kios untuk cenderamata, pedagang ikan hias, dan pedagang ikan siap saji. Masyarakat setempat juga melaksanakan upacara sedekah laut dalam waktu yang bersamaan dengan nelayan Pantai BaronPantai Kukup berada sekitar 25 km ke arah selatan dari Kota Wonosari. Jika dari Jogja menuju ke pantai ini membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan kendaraan bermotor. Jalanan menuju pantai ini berkelok-kelok dan naik-turun. Jadi harap berhati-hati jika menggunakan kendaraan menuju kesini.

Goa Langse


Goa Langse yang terletak di kaki tebing Parangtritis merupakan tempat tetirah yang terkenal, meskipun di sekitarnya juga banyak kawasan serupa, seperti Goa Tapan, Sendang Beji, maupun Goa Siluman.

Tempat pertemuan dua penguasa dari alam yang berbeda itu dikenal dengan nama Goa Langse. Goa ini termasuk dalam wilayah administratif Desa Girirejo, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi DI Yogyakarta. Goa yang hingga kini dikenal sebagai tempat semadi atau "nenepi" itu jaraknya sekitar 30 kilometer arah selatan Kota Yogyakarta. Setiap hari, selalu ada orang yang mendatangi tempat ini, dengan maksud memanjatkan doa agar memperoleh keberhasilan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Pada saat tertentu seperti malam Selasa dan Jumat Kliwon, pengunjung Goa Langse lebih banyak lagi jumlahnya, rata-rata mencapai 30 orang.

Dari pantai Parangtritis untuk menuju Goa Langse masih harus berjalan sekitar 3 km ke arah timur. Jika malas berjalan ada ojek yang siap mengantarkan Anda dengan tarif Rp 4.000,-. Namun ojek ini tidak sampai di pinggir tebing sehingga masih harus berjalan kaki sekitar 750 m menyusuri jalan setapak di antara rerimbunan ladang. Sebelum menuju ke Goa, Anda akan diminta mengisi buku tamu dan memberi donasi bagi perawatan Goa. Dari sini, Anda diantar oleh salah seorang penjaga, langsung menuju ke Goa.

Jangan kaget atau merasa ngeri ketika Anda sudah berada di bibir tebing. Dengan ketinggian tebing, sekitar 400 m dan nyaris tegak lurus, perjalanan menuju Goa Langse menjadi tantangan tersendiri. Jalan menuju ke kaki tebing tempat Goa Langse berada berupa campuran antara tangga (ada 4 buah pada tempat yang terpisah), akar, dan tonjolan bebatuan.

Sesampainya di Goa, pengunjung bisa mandi di salah satu bilik. Air yang dipakai mandi berasal dari mata air yang keluar dari dalam Goa. Airnya yang dingin dan tawar serta mengandung kadar kapur tinggi bisa menghilangkan kelelahan akibat perjalanan menuju Goa. Selesai mandi, barulah Anda dipersilakan untuk bersemedi. Kesunyian di dalam Goa sangat membantu untuk memusatkan pikiran. Suara yang terdengar hanyalah debur ombak pantai selatan.

Suasana goa yang terasa sejuk dan hening, sangat membantu untuk memusatkan pikiran, bermeditasi memanjatkan permohonan pada Tuhan. Di luar goa, tepatnya dari gardu pandang yang letaknya sekitar 20 meter di utara goa, pemandangan birunya laut, deburan ombak, dan gundukan-gundukan karang menambah ketenangan pikiran dan jiwa. Meski secara fisik melelahkan, di tempat inilah pengunjung dapat mensyukuri karunia Yang Maha Kuasa, melalui pengalaman bermeditasi sekaligus menikmati pemandangan laut selatan yang masih alami.

Namun, tempat ini bukanlah akhir dari perjalanan ke Goa Langse. Pinggiran tebing itu hanya permulaan dari sebuah perjalanan yang menantang fisik dan mental. Dengan panduan juru kunci setempat, pengunjung harus menuruni tebing yang hampir tegak lurus, dengan ketinggian mencapai 300 meter di atas permukaan laut, untuk mencapai lokasi goa.

Di sejumlah bagian, perjalanan turun tebing bisa dilakukan dengan tangga besi yang didirikan tegak lurus, namun sisanya dilakukan dengan cara berpijak pada batu-batu tebing, dengan bantuan pegangan pada akar pohon, atau batang-batang bambu yang menempel di dinding tebing. Setelah perjalanan turun itu sampai pada ketinggian 30 meter di atas permukaan laut, pengunjung bisa langsung masuk ke dalam goa.

Goa Langse terhitung lebih luas jika dibandingkan goa-goa alam lain di DIY. Panjangnya lebih kurang 30 meter, lebarnya sekitar 10 meter, dan tingginya mencapai 20 meter, dengan stalaktit bergantungan di langit-langit goa. Di ujung goa, terdapat mata air yang biasanya digunakan pengunjung untuk membasuh diri. Airnya yang dingin dan tawar, serta mengandung kadar kapur tinggi, menghilangkan rasa lelah setelah perjalanan berat menuju Goa Langse. Di sebelah mata air itu, terdapat tempat datar yang biasa digunakan untuk bersemedi.

Pantai Siung


Pantai Siung terletak di Desa Purwodadi Kecamatan Tepus berjarak sekitar 35 km dari kota Wonosari dan sekitar 70 km dari pusat kota Yogyakarta,, memiliki keindahan dan ciri kas tersendiri yaitu banyaknya bukit-bukit curam yang mengelilingi pantai dengan panorama yang indah. Kondisi ini membuat pantai ini ideal untuk olahraga panjat tebing dan menurut penelitian di Pantai Siung ini terdapat 250 jalur pemanjatan, sehingga menjadikannya sebagai surga bagi climbers. Bahkan belum lama ini di Pantai Siung diselenggarakan Asian Climbing Gathering yang diikuti oleh 80 peserta dari 15 negara di Asia. Fasilitas yang tersedia: bangunan untuk pertemuan, tempat pelelangan ikan, dan warung makan. Prasarana jalan yang cukup bagus dan mencapai bibir pantai.

Pantai Sundak

Pantai Sundak merupakan pantai yang indah dan berpasir putih. Disepanjang pantai ditumbuhi pandan sehingga menambah kesejukan suasana pantai. Tak jauh dari pantai terdapat goa kecil yang didalamnya terdapat sumber air tawar yang biasa dipakai penduduk untuk mencukupi kebutuhan air minum. Selain pantainya sejuk, di pantai ini cocok untuk berkemah. Fasilitas yang ada : pendopo untuk pertemuan, panggung terbuka, areal bermain anak, tempat berkemah, dan tentu saja warung-warung makan.

Pantai Krakal

Pantai Krakal merupakan pantai yang luas dan terpanjang diantara pantai-pantai yang lain, dan terletak 2 km sebelah timur Pantai Drini. Pasir putih yang membentang berkilauan di sepanjang pantai sangat cocok untuk menikmati udara laut sambil melakukan aktivitas olahraga, sambil menikmati keindahan laut dan mencari biota laut dengan membawa jaring kecil yang banyak dijual disana. Pada waktu-waktu tertentu ada suguhan atraksi wisata di panggung terbuka di pinggir pantai. Fasilitas : hotel melati, rumah makan.

Gunung Gambar

Gunung Gambar merupakan obyek wisata spiritual yang berada di Dusun Wonosari Desa Jurangjero Kecamatan Ngawen. Gunung Gambar dengan ketinggian 200 mdpl, dimana dari puncaknya dapat melihat keindahan Rawa Jombor di Klaten dan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri. Data dari sejarah diketahui bahwa Gunung Gambar merupakan tempat bertapa Raden Mas Said/Pangeran Samber Nyowo selama berperang melawan Belanda. Ditempat ini beliau duduk di atas batu (Watu Kong)Â yang sampai sekarang masih tamapk di Gunung Gambar, dan menyusun strategi untuk melawan Belanda. Petilasan ini terbentuk pada periode Islam. Raden Mas Said mendapat wahyu kraton pada waktu bertapa di Gunung Gambar sekitar abad XVIII, kemudian menjadi penguasa Mangkunegaran Surakarta dengan gelar KGPAA Mangkunegara I. Goa tempat bertapa tersebut sampai sekarang masih dikeramatkan oleh masyarakat. Pada hari tertentu banyak orang yang ziarah, terutama pada waktu tirakatan menjelang upacara sadranan, banyak dipadati oleh orang-orang yang datang dari jauh untuk memohon sesuatu.

Pantai Ngrenehan

Pantai Ngrenehan Terletak di Desa Kanigoro Kecamatan Saptosari kurang lebih 30 KM di sebelah selatan Kota Wonosari. para Wisatawan dapat menyaksikan aktivitas kegiatan nelayan dan menikmati ikan siap saji atau membawa ikan segar sebagai oleh - oleh .
Masih dalam satu kawasan dengan Pantai Ngrenehan kurang lebih 1 KM di sebelah Barat terdapat Pantai Ngobaran dan Pantai Nguyahan. Setiap bulan purnama pada hari Nyepi di Pantai Ngobaran di laksanakan upacara Melasti.

Pantai Wediombo

Pantai Wediombo merupakan pantai alami dengan panorama yang sangat indah, terletak di Desa Jepitu Kecamatan Girisubo sekitar 40 KM arah tenggara kota Wonosari. Pantai berbentuk teluk dan landai dengan hamparan pasir putih , dapat dilihat secara terbuka baik dari atas perbukitan maupun dari pesisir pantai, sehingga memungkinkan wisatawan untuk menikmati panorama sunset yang sempurna , selain itu juga udara pantainya yang sejuk menyegarkan dipercaya dapat membantu penyembuhan penyakit asma. Bagi Wisatawan yang hobi memnacing dapat dilakukan di tempat ini dimana pada saat tertentu banyak ikan Panjo yang muncul sepanjang pantai.
Satu Tahun sekali di pantai digelar adat budaya ngalangi yaitu upacara prosesi menangkap ikan dengan cara menggunakan gawar yang terbuat dari akar pohon wawar yang menjalar sebagai jaring yang dipancangkan dari bukit Kedungdowok dan dihalau bersama-sama ke laut oleh masyarakat setempat.
Dalam satu kawasan dengan pantai ini terdapat Pantai Gremeng, Pantai Jungwok dan Pulau Kalong ( sebuah pulau yang dihuni ribuan kalong) yang dapat dicapai dengan tracing sekitar 1,5 KM ke arah timur.

Pantai Sadeng

Pantai Sadeng terletak di Desa Songbanyu dan Desa Pucung Kecamatan Girisubo berjarak sekitar 46 KM dari Wonosari, terdapat Telaga Suling yaitu lembah yang diyakini dahulu sebagai muara sungai Bengawan Solo Purba. Pantai ini juga dikenal sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan yang bertaraf nasional dan merupakan penunjang pengembangan perikanan laut di Provinsi Yogyakarta. Wisataan dapat menikmati sajian masakan ikan laut atau membawa ikan laut segar sebagai oleh - oleh dengan harga yang terjangkau.

Pantai Drini

Pantai Drini terletak di Desa Ngestirejo, Kecamatan Tanjungsari sekitar 1 KM ke arah Timur dari pantai Sepanjang. Keistimewaan pantai ini terdapat pulau karang yang tumbuh pohon Dirini dan konon kayunya dapat dipergunakan sebagai penangkal ular berbisa.Pemandangan Pantai Drini yang sangat indah, asri. Di atas karang ini dibangun Mercusuar dimana jika kita memandang dari menaranya dapat melihat pemandangan dari atas.Di Pantai Drini ini kita bisa melihat dengan jelas rumput-rumput laut diantara karang-karang laut, dan biota laut lainnya.

Pantai Baron

Pantai Baron terletak di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari sekitar 23 KM arah selatan Kota wonosari , merupakan pantai pertama yang ditemui dari rangkaian kawasan Pantai Baron , Kukup, Sepanjang, Drini, Krakal dan Sundak.
Di pantai ini juga terdapat sungai bawah tanah yang bisa digunakan untuk pemandian setelah bermain dilaut. Selain itu wisatawan juga dapat menikmati aneka ikan laut segar maupun siap saji, dengan harga terjangkau , termasuk menu khas Pantai Baron yaitu Sop kakap. Pada sisi sebelah timur dapat dicapai melalui jalan setapak yang meligkar terdapat bukit kapur, wisatawan bisa beristirahat di gardu pandang, sambil menghirup udara pantai yang menyegarkan. Kurang lebih 10 KM ke arah barat dari Pantai Baron tedapat Pantai Parang Racuk dengan bukitnya yang menjulang dan terjal, menantang keberanian untuk bertualang dan menikmati keindahan laut sekitar dengan leluasa dari atas bukit.
Pada setiap bulan suro tahun baru jawa masyarakat nelayan setempat menyelenggarakan Upacara sedekah laut yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panenan ikan yan melimpah dan keselamatan mencari ikan dilaut.